Pada 2015, dunia maya diguncang oleh kehadiran seorang remaja bernama Silento. Ia merilis lagu berjudul “Watch Me (Whip/Nae Nae)”. Yang langsung meledak dan viral Anak-anak hingga orang tua menirukan gerakan tariannya. Lagu itu melintasi batas negara, melahirkan jutaan video di TikTok dan YouTube.
Silento, yang memiliki nama asli Richard Lamar Hawk, memanen ketenaran hanya dalam hitungan minggu. Ia tampil di berbagai acara besar, dari panggung hiburan hingga siaran televisi. Namun, seiring waktu, cahaya itu mulai meredup. Popularitasnya menurun, dan perlahan-lahan ia menghilang dari sorotan.
Kejatuhan Dimulai: Perilaku Tak Stabil dan Kasus Hukum
Sayangnya, Silento gagal menjaga stabilitas hidupnya. Ia mulai bertingkah aneh di media sosial. Tak sedikit orang mempertanyakan kondisi mentalnya. Dalam beberapa kesempatan, ia memposting video yang menunjukkan perubahan emosi ekstrem, bahkan menyiratkan paranoia.
Selanjutnya, masalah hukum mulai menjeratnya. Polisi menangkap Silento pada Agustus 2020 karena mengayunkan parang ke arah dua orang yang ia curigai menguntitnya. Tak lama kemudian, pihak berwenang kembali menahannya akibat kasus kekerasan dalam rumah tangga. Meski sempat dibebaskan, ia terus memancing perhatian dengan tindakan-tindakan yang tak rasional.
Titik Terendah: Pembunuhan Sepupu Sendiri
Puncak dari deretan masalah itu terjadi pada Januari 2021. Polisi di Atlanta mengungkap bahwa Silento terlibat dalam pembunuhan sepupunya sendiri, Frederick Rooks. Mereka menemukan jasad Frederick dengan beberapa luka tembak di jalan perumahan. Penyelidikan pun langsung mengarah kepada Silento.
Pihak berwenang mengantongi rekaman CCTV dan berbagai bukti lain. Setelah proses investigasi intensif, polisi menyimpulkan bahwa Silento menembak Frederick beberapa kali dengan senjata api. Ia langsung ditangkap dan dikenakan dakwaan pembunuhan tingkat berat.
Proses Hukum: Fakta yang Mengguncang
Selama persidangan, jaksa menghadirkan sejumlah saksi dan bukti digital. Mereka mengungkap motif di balik tindakan keji tersebut. Menurut jaksa, Silento mengalami delusi dan percaya bahwa sepupunya ingin membahayakan dirinya. Dalam kondisi psikologis tidak stabil, ia membawa pistol dan mengejar sepupunya hingga akhirnya menarik pelatuk.
Kuasa hukum Silento mencoba meminta pengampunan. Mereka menyodorkan catatan medis yang menunjukkan gangguan bipolar dan paranoia berat. Namun, hakim tetap memutuskan bahwa perbuatan Silento melampaui batas kewarasan. Ia dianggap sadar atas tindakannya saat melakukan pembunuhan.
Vonis 30 Tahun: Akhir Tragis Sang Rapper Viral
Pada awal Juni 2025, hakim akhirnya menjatuhkan hukuman penjara 30 tahun kepada Silento. Pengadilan menegaskan bahwa meskipun kondisi mentalnya bermasalah, ia tidak sepenuhnya kehilangan kendali saat menembak sepupunya. Keputusan itu mengejutkan banyak pihak, namun sebagian publik menganggapnya sebagai bentuk keadilan.
Tak lama setelah vonis dibacakan, Silento tampak pasrah. Ia menundukkan kepala, tanpa sepatah kata pun. Pengacara menyatakan bahwa pihak keluarga masih memikirkan langkah banding, meski peluangnya sangat kecil.
Reaksi Publik: Antara Simpati dan Kekecewaan
Di media sosial, berita ini langsung menyebar luas. Banyak penggemar lama merasa sedih atas nasib tragis Silento. Beberapa mengingat masa-masa ketika lagu “Watch Me” menjadi anthem kebahagiaan di berbagai acara sekolah dan pesta ulang tahun.
Namun, tak sedikit pula yang kecewa. Mereka menilai bahwa ketenaran tak cukup menjadi pembenaran atas tindakan keji. Bahkan, sebagian pengguna media sosial menilai bahwa industri musik terlalu cepat membesarkan bintang muda tanpa memperhatikan kesehatan mental mereka.
Kesehatan Mental: Sorotan Baru di Dunia Hiburan
Kasus Silento membuka kembali perbincangan tentang pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental di industri hiburan. Banyak selebritas muda menghadapi tekanan luar biasa sejak awal karier mereka. Tanpa bimbingan dan dukungan psikologis, mereka rawan mengalami gangguan emosional yang serius.
Beberapa artis senior menyuarakan keprihatinan. Mereka mengajak manajemen, label, dan komunitas hiburan untuk menyiapkan sistem perlindungan lebih baik bagi talenta muda. Sebab, tragedi semacam ini bisa terjadi lagi jika dunia hiburan terus mengabaikan aspek psikologis.
Pelajaran yang Bisa Diambil
Nasib Silento menyimpan pelajaran penting bagi generasi baru. Kesuksesan instan memang menggoda, tetapi kestabilan mental dan nilai-nilai kemanusiaan harus tetap dijaga. Dunia hiburan dapat memuja seseorang dalam semalam, namun ia juga bisa melupakan secepat kilat.
Dengan kasus ini, publik seharusnya lebih bijak dalam memperlakukan figur publik. Dukungan perlu diberikan bukan hanya ketika seseorang bersinar, tapi juga ketika ia mulai tergelincir.
Penutup: Ketika Cahaya Terang Menjadi Kelam
Silento, yang dulu menari di layar ponsel jutaan orang, kini harus menjalani hari-harinya di balik jeruji besi. Ia kehilangan kebebasan, reputasi, dan masa depan. Namun, lebih dari itu, dunia kehilangan seorang talenta yang seharusnya bisa menciptakan karya besar lagi jika ia mendapat bimbingan dan perhatian yang tepat.
Tragedi ini menjadi alarm keras bagi semua pihak—keluarga, penggemar, label musik, dan masyarakat. Kita harus belajar bahwa kesuksesan sejati tak hanya datang dari ketenaran, tetapi juga dari kestabilan batin dan tanggung jawab terhadap sesama.
Baca Juga: Wamen Riza Soal Guru Naik Meja dan Tendang Siswa di Demak
Join our affiliate community and maximize your profits! https://shorturl.fm/YiHdG
Turn your audience into earnings—become an affiliate partner today! https://shorturl.fm/lBV29
Promote our brand and watch your income grow—join today! https://shorturl.fm/9wPE7
Earn big by sharing our offers—become an affiliate today! https://shorturl.fm/XVqzo
https://shorturl.fm/94nMu
https://shorturl.fm/rRFVQ
https://shorturl.fm/egSEu
https://shorturl.fm/KyP1o
https://shorturl.fm/1q6li
https://shorturl.fm/bIJor
https://shorturl.fm/iicvO
https://shorturl.fm/ARwXG
https://shorturl.fm/rQP5v